3 Peralatan Penting Bekerja di Ketinggian dan Panduan Aman Menggunakannya


Tugas konstruksi sebagai salah satunya bidang industri yang mempunyai resiko tinggi dan menyumbangkan kecelakaan kerja yang lumayan tinggi. Komplikasi penerapan project konstruksi yang mengikutsertakan karyawan, perlengkapan kerja, dan material dengan jumlah besar menjadi sumber berlangsungnya kecelakaan kerja. Satu diantaranya ialah kecelakaan kerja pada ketinggian.

Kecelakaan kerja pada ketinggian yang dirasakan beberapa karyawan baik di bidang konstruksi atau operasional susunan, masih memprihatinkan karena jumlah kasusnya besar. Menurut Federasi Rope Akses Indonesia (ARAI), kecelakaan kerja pada ketinggian tempati posisi nomor dua terbesar sesudah kecelakaan jalan raya. Kecelakaan kerja di ketinggian di bidang konstruksi ini lebih banyak terjadi di saat pembangunan gedung atau tugas konstruksi layang.

Sebenarnya ada banyak bahaya bekerja pada ketinggian, yaitu jatuh, tergelincir, terganjal, dan keruntuhan material di atas. Dari bahaya-bahaya itu, factor paling besar pemicu cidera serius dan kematian di bidang konstruksi ialah jatuh dari ketinggian.

Kementerian Ketenagakerjaan menulis jumlah kecelakaan kerja yang dirasakan karyawan konstruksi relatif tinggi, yakni 31,9% dari keseluruhan kecelakaan. Jatuh dari ketinggian (26%), terbentur (12%), dan terkena (9%). Sementara secara global, data International Labour Organization (ILO) tahun 2015 mengatakan, dari 142 kematian karena kecelakaan kerja, pemicu intinya ialah jatuh dari ketinggian sejumlah 45%.

Kasus umum yang banyak terjadi salah satunya jatuh dari tangga, jatuh karena tidak memakai alat perlindungan jatuh/tidak memakainya secara benar, atau jatuh karena lakukan tugas di atas perancah.

Kecelakaan ini umumnya dikuasai karyawan sementara yang serupa sekali tanpa pengalaman, meremehkan keutamaan pemakaian alat perlindungan diri (APD), tidak patuhi proses keselamatan, dan kurang perduli pada keamanan.

Tugas konstruksi memerlukan rangkaian perlengkapan khusus untuk bekerja pada ketinggian dan itu memerlukan pengecekan dan perawatan supaya perannya masih tetap maksimal. Baik tangga, perancah, dan alat pelindungan jatuh perorangan sebagai jantung dari program keselamatan bidang konstruksi yang bagus.

Supervisor atau pengawas lapangan perlu menimbang untuk tingkatkan praktek keselamatan saat memakai perlengkapan-peralatan ini.

1. Tangga

Jatuh dari ketinggian sebagai pemicu khusus kematian beberapa karyawan konstruksi dan kontraktor dan pemakaian tangga yang tidak pas sebagai pemicu khusus jatuh dari ketinggian.

Kekuatan cidera karena pemakaian tangga memang termasuk tinggi khususnya di bidang konstruksi, baik karena jatuh dari tangga, tangga roboh atau tergelincir saat naiki anak tangga.

Pemicu khusus kecelakaan saat pemakaian tangga, salah satunya:

Keadaan tangga telah hancur atau cacat.

Status peletakan tangga kurang tepat.

Tangga ditaruh pada permukaan yang kotor, licin, atau mungkin tidak rata.

Karyawan tidak patuhi proses keselamatan memakai tangga.

Pemakaian tangga yang tidak pas jadi pemicu khusus jatuh dari ketinggian pada tugas konstruksi. Karena itu, tiap karyawan harus pahami proses keselamatan memakai tangga secara benar.

Keselamatan tangga mengikutsertakan pengecekan, penyiapan, langkah naiki/menuruni tangga secara benar, dan pemikiran yang berhati-hati mengenai resiko penyimpangan tangga. Ingat-ingatlah panduan keselamatan pemakaian tangga pada tugas konstruksi berikut:

Tentukan tangga yang sesuai tipe tugas yang sudah dilakukan.

Check elemen yang lembek atau hancur pada anak tangga, pijakannya, pegangan, penguat skrup yang lenyap, engsel, baut, mur dan piranti keras yang lain. Bila Anda mendapati kerusakan pada tangga, adukan ke atasan dan pasang rambu jika tangga tidak bisa dipakai atau sedang diperbarui.

Baca dan turuti cap atau pertanda peringatan saat sebelum Anda naik dan beraktivitas.

Taruh tangga pada permukaan yang konstan, rata, bersih, tidak licin, dan di tempat bebas dari masalah jalan raya kendaraan.

Pakai barikade perlindungan/guard untuk menahan peluang tertabrak. Kunci atau berikan palang tiap pintu dekat tangga yang jika terbuka ke arah ke Anda.

Berdirikan tangga dengan perbedaan pojok 4:1, maknanya bila tangga disandar pada dinding dengan tinggi 4 mtr., karena itu jarak kaki tangga dengan dinding ialah 1 mtr.. Juga bisa berdirikan tangga dengan pojok 75° atau bisa kurang, asal ada penunjang di bagian bawah tangga.

Menghadaplah ke tangga saat naik atau turun.

Pakai sistem 3 titik pijak (3- points kontak) saat naik atau turun tangga. 3 titik pijak maknanya 2 kaki bertumpu dengan 1 tangan berdasar pada anak tangga dan satu tangan bergerak menyikapi tangga atau 2 tangan berdasar pada anak tangga dengan 1 kaki bertumpu dan kaki lain bergerak meraih tangga.

Ujung tangga agar lebih tinggi sekitaran 1 mtr. di atas lantai kerja.

Selalu berdiri menghadap tangga dengan tangan menggenggam anak tangga. Tidak boleh bekerja di sisi kiri atau kanan.

Tidak boleh memakai tangga sebagai jembatan.

Tidak boleh menempatkan tangga pada kotak, tong, atau benda yang lain tidak konstan untuk memperoleh tinggi tambahan.

Jangan memaksa lakukan tugas dengan status tangga yang jauh dari object yang Anda lakukan. Mengatur kembali status tangga lebih dekat sama tugas

Tidak boleh mengalihkan atau geser tangga sementara karyawan atau perlengkapan masih ada di tangga.

Jauhi peluang terpeleset karena licin, check anak tangga dan sol sepatu Anda pada ada beberapa bahan yang licin. Bagi para pekerja yang sedang mencari sepatu safety dengan kualitas premium dan harga sepatu safety terjangkau dapat langsung ditemukan mudah dimana-mana.

Pakai alat perlindungan jatuh saat memanjat jika dibutuhkan.

Jauhi bawa barang dengan beban berlebihan saat naiki/menuruni tangga. Check info kemampuan beban maksimal tangga apabila bawa perlengkapan, pakai tas atau tools belt yang mempermudah saat naik/turun tangga.

Jauhi memakai tangga atau tahap ladders untuk beberapa tugas berat atau dalam durasi waktu panjang, karena semestinya perlengkapan itu cuman dipakai untuk tugas enteng dan durasi waktu pendek (maksimal 30 menit pada satu waktu).

2. Full Bodi Harness

Untuk Anda yang bekerja di bidang konstruksi pasti sudah akrab dengan pemakaian full bodi harness. Full bodi harness berperan sebagai alat perlindungan jatuh perorangan saat bekerja pada ketinggian dan pemakaiannya lebih disarankan dibandingkan safety belt terlebih bila Anda bekerja pada ketinggian lebih dari 1,8 mtr..

Rambu K3 APD Full Bodi Harness

Ini karena full bodi harness mempunyai kelebihan dengan tali pengaman yang dapat membuat perlindungan semua badan karyawan hingga peluang cidera karena hentakan saat jatuh benar-benar kecil. Sayang walau faedahnya besar sekali sebagai alat perlindungan jatuh, ada banyak karyawan yang meremehkan pemakaiannya, dimulai dari langkah pemakaian, pengecekan, sampai perawatannya. Pemicunya bisa disebabkan minimnya pengetahuan, training, atau pengalaman karyawan.

Saat Anda bekerja pada ketinggian, ada banyak cara penting yang perlu Anda lihat saat memakai full bodi harness:

  • Pegang sisi D-Ring pada full bodi harness dan goyangkan secara perlahan-lahan, yakinkan tidak ada webbing/tali yang terpelintir dan pengencangnya (chest strap) terbuka
  • Pegang tali pundak (shoulder strap) dan masukan tangan satu-satu ke tali. Yakinkan D-Ring ada di sisi belakang tubuh Anda, persisnya pada bagian punggung (di antara tulang belikat)
  • Ambil dan mengencangkan tali kaki (leg strap), lalu kenakan/sambungkan pada buckle. Untuk tipe quick connect buckle, Anda akan dengar bunyi "click", bila buckle telah dipasang secara benar. Mengatur lingkar tali pada kaki sama sesuai kenyamanan Anda. Yakinkan tali kaki tidak terganti
  • Kenakan tali dada (chest strap) dan sambungkan tab buckle pada receptor sampai kedengar bunyi "click"
  • Yakinkan dengan tangan jika full bodi harness telah dipasang betul dan tidak ada tali yang terpelintir
  • Diamkan orang yang kapabel mengecek full bodi harness dan memasangkan lanyard pada D-Ring (jika dibutuhkan).

Full bodi harness harus dicheck secara visual saat sebelum dipakai, termasuk alat perlindungan jatuh yang lain seperti lanyard dan lifeline. Pengecekan perlengkapan secara periodik oleh orang yang kapabel untuk memeriksa kerusakan harus dilaksanakan minimal tiap enam bulan dan saat sebelum mengawali tugas pada ketinggian. Yakinkan full bodi harness yang Anda pakai sesuai standard dan peraturan yang berjalan, seperti Permenaker No.9 Tahun 2016, OSHA 1926.502, ANSI Z359, CSA Z259, dan lain-lain.

3. Perancah

Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA), diprediksi sekitaran 2,tiga juta karyawan konstruksi lakukan tugas yang terkait dengan perancah. Dengan demikian, banyak pula karyawan yang mempunyai potensi alami beberapa bahaya berkaitan perancah seperti jatuh, terkena jatuhan benda, dan tersengat saluran listrik.

Berikut sejumlah kekuatan bahaya dalam pemakaian perancah:

  • Robohnya semua atau beberapa unit perancah karena ketidakberhasilan elemen atau beban berlebihan yang menyebabkan karyawan jatuh atau terjerumus
  • Jatuh dari ketinggian karena kurang kuatnya papan lantai kerja
  • Terkena beberapa benda jatuh dari perancah dan mencederai karyawan yang ada di bawah
  • Tergelincir dan jatuh karena lantai kerja yang kotor dan licin
  • Tersengat saluran listrik (electrocution).
  • Dengan adanya banyak karyawan yang mempunyai potensi terserang bahaya saat memakai perancah, karena itu implementasi keselamatan pemakaian perancah perlu jadi fokus utama.

Perancah harus terpasang oleh karyawan yang pakar di bawah pemantauan orang yang kapabel dan perancah sudah dicheck secara benar saat sebelum dipakai. Perancah yang sama sesuai dan aman harus disiapkan untuk semuanya tugas beresiko tinggi saat bekerja pada ketinggian.

Berikut panduan saat memakai perancah:

  • Yakinkan karyawan telah memperoleh training berkenaan pemakaian perancah yang pas dan pengaturan bahaya saat bekerja di atas perancah, pemakaian alat perlindungan jatuh, dan apa yang perlu dilaksanakan jika ada peralihan pada tempat kerja atau tipe perancah.
  • Scaffolder atau pengawas mengecek dan pastikan perancah pada keadaan aman saat sebelum dipakai
  • Lantai kerja, sisi deck, dan pagar pengaman telah dipasang dan pada keadaan aman
  • Pakai alat tolong untuk mengalihkan material dari bawah ke atas
  • Pakai tangga yang telah dipasang kuat dan kuat untuk naik dan turun dari perancah
  • Pakai alat perlindungan diri (APD) seperti helm, sepatu keselamatan dan full bodi harness.
  • Lihat rekanan kerja yang bekerja di atas atau di bawah Anda setiap waktu. Bila Anda menyaksikan ada sesuatu hal yang tidak sesuai dengan proses atau ketidaknormalan pada perancah, stop tugas Anda dan adukan pada atasan.
  • Check semua elemen alat perlindungan jatuh yang dipakai, meliputi harness (webbing, D-ring, buckle), lanyard, dan lifeline.
  • Tidak boleh bawa barang berlebihan saat naiki perancah
  • Tidak boleh memakai pengait silang (cross bracing) saat naik/turun dari perancah
  • Tidak boleh bekerja di atas perancah saat cuaca jelek
  • Tidak boleh simpan bahan atau perlengkapan pada pagar pengaman.
  • Tidak boleh bekerja dekat lajur saluran listrik terkecuali Anda terbiasa dan berkuasa melakukan.

Penting!

  • Amankan seluruh bahan atau perlengkapan dari lantai kerja saat sebelum mengalihkan perancah.
  • Pakai pengunci roda setiap waktu jika perancah sedang tidak bergerak beralih.
  • Tidak ada seorang juga yang naiki perancah saat bergerak dipindah.
  • Dilarang memasangkan, membedah, atau mempertinggi perancah terkecuali memperoleh ijin dan dipantau oleh pengawas yang berkuasa.
  • Dilarang memakai perancah yang belum dikasih scafftag

Beberapa jenis scafftag untuk perancah:

  • Pertanda hijau : aman
  • Pertanda kuning: aman dengan persyaratan (perlu tambahan alat pengaman lainnya)
  • Pertanda merah: tidak aman (perancah jangan dipakai)

Komentar